Negosiasi pembelian jet tempur F-15 EX asal Amerika Serikat masih terus berlanjut. Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat Lloyd J Austin III mendukung pembelian pesawat tempur tersebut untuk modernisasi sistem pertahanan Indonesia.
“Kami tentu mendukung upaya para menteri untuk terus memodernisasi sistem, pertama Anda menjadi mumpuni dan kami ingin membantu dengan cara apa pun agar kami dapat terus membantu,” ujar Austin dalam konferensi pers, Senin (21/11/2022)
Austin mengatakan kehadiran jet tempur F15-EX akan memberikan kemampuan tambahan. Terlebih, Indonesia telah memiliki jet tempur F-16.
“Sekarang akuisisi F-15 tentunya meningkatkan interoperabilitas yang memungkinkan kemampuan kita untuk berbagi informasi. Dan seperti yang telah kami lakukan, kami melatih kerangka platform tersebut bersama-sama, untuk memastikan bahwa kami menggunakan kebijakan dan praktik umum,” jelas Austin.
“Dan saya pikir itu akan meningkatkan kemampuan keseluruhan Indonesia dari kemampuan keseluruhan apa pun dalam hal kemampuan total,” sambungnya.
Diketahui, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengatakan negosiasi pembelian jet tempur F-15 EX masih terus berlanjut. Saat ini keputusan akhir pembelian jet tersebut bergantung pada pemerintah.
“Saya pikir sekarang akan tergantung pada pertanyaan dan pemerintah untuk keputusan akhir,” ujar Prabowo dalam konferensi pers tadi.
Prabowo mengatakan saat ini prioritas pemerintah adalah mengendalikan pandemi COVID-19. Selain itu, Indonesia tengah bersiap menghadapi dampak inflasi.
“Jadi dampak perang Ukraina sangat nyata dan semua peringatan dari lembaga internasional, dari bank dunia IMF, ADB (Asian Development Bank), dan lain-lain dan peringatan tentang situasi iklim tahun depan, El Nino, yang berarti musim kemarau panjang yang dapat mempengaruhi produksi pangan kita,” lanjutnya.
Hal tersebut menjadi pertimbangan dalam keputusan akhir pemerintah dalam rencana membeli jet tersebut. Namun Prabowo mengaku telah merancang program bersama salah satu perusahaan bidang industri milik Amerika Serikat.
“Dan saya telah menyarankan pemerintah kami (Indonesia) bahwa kami yakin dengan paket keuangan yang terjangkau karena sistem ini adalah sistem yang akan kami gunakan setidaknya 25 hingga 30 tahun ke depan,” ucapnya.
“Dan kami mengadakan diskusi tertutup dengan Boeing untuk kerja sama dengan industri penerbangan kami. PT DI, GMF, dan sebagainya,” sambungnya.