Ketika Rakyat Kecil (Wong Cilik) Melawan KAHMI ?, Catatan Konyol Sejarah

Sorotan Redaksi:

Dalam sebuah pemberitaan yang baru-baru ini di media online, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Sentral, Poni Lihawa, memberikan kritik pedas kepada kelompok yang mengatasnamakan KAHMI Gorontalo terkait pernyataan yang dikeluarkan tentang Penjabat Gubernur Gorontalo, Hamka Hendra Noer. KAHMI Gorontalo memberikan raport merah terhadap Penjabat Gubernur Gorontalo karena dianggap tidak mampu mengendalikan inflasi dan perombakan struktur Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Provinsi Gorontalo.

Namun, Poni menolak kritik tersebut dan menuduh KAHMI asal-asalan dalam mengkritik dan tidak berbicara sesuai data dan fakta. Menurut Poni, Provinsi Gorontalo termasuk dalam 10 daerah yang mampu mengendalikan inflasi, dan gubernur telah dipuji oleh Mendagri. Poni juga menantang KAHMI untuk debat terbuka tentang masalah inflasi.

Poni juga mempertanyakan apakah KAHMI tahu tentang prosedur mutasi untuk seorang penjabat gubernur. Jika tidak, Poni meminta agar KAHMI belajar terlebih dahulu sebelum memberikan pernyataan. Poni berpendapat bahwa KAHMI harus mengecek informasi dengan benar sebelum mengeluarkan pernyataan dan tidak asal-asalan dalam mengkritik.

Poni juga menyatakan bahwa Penjabat Gubernur Gorontalo, Hamka Hendra Noer, adalah seorang anggota KAHMI, dan oleh karena itu KAHMI tidak seharusnya menjatuhkannya. Poni menegaskan bahwa para pedagang pasar juga memiliki pengetahuan dan keahlian yang penting, dan tidak boleh dianggap remeh.

Kritik pedas dari Poni Lihawa terhadap KAHMI Gorontalo ini menjadi sorotan publik di Provinsi Gorontalo, dan memicu diskusi tentang hubungan antara masyarakat pedagang dan kelompok kepentingan politik di daerah tersebut.

Ketika KAHMI di Gorontalo di Lawan Oleh Rakyat Kecil ?,Situasi Kesialan yang Konyol.

Kemarahan Poni Lihawa yang Merupakan Koordinator Paguyuban Pedagang Pasar Sentral Gorontalo Merupakan Kejadian Unik dan Pertama di Indonesia dimana Poni Lihawa Mengajak Debat Terbuka KAHMI Tentang Masalah inflasi.

Terlihat Rakyat kecil di Gorontalo kini berani melawan KAHMI, KAHMI di Gorontalo sepertinya tidak lagi dianggap sebagai Organisasi yang Bisa Mengayomi Rakyat Kecil dan tidak Lagi Memiliki Kapasitas Intelektual.

Mungkin saja rakyat kecil di Gorontalo merasa bahwa KAHMI tidak lagi mewakili mereka dan tidak memperjuangkan kepentingan mereka. Sebaliknya, KAHMI terkesan lebih memihak pada kepentingan korporasi dan elit yang sering kali merugikan masyarakat kecil. Rakyat kecil seperti Poni Lihawa dan Kawan kawannya merasa bahwa tuntutan dan aspirasi mereka dihalangi oleh KAHMI, sehingga mereka merasa perlu untuk mengambil tindakan dan mengajak debat terbuka.

Mungkin Juga terjadi ketidakpuasan terhadap kinerja KAHMI dalam mengatasi berbagai isu yang penting bagi masyarakat kecil, seperti perlindungan lingkungan hidup, hak atas tanah, dan akses pelayanan publik yang layak. Rakyat kecil di Gorontalo merasa bahwa KAHMI tidak cukup responsif terhadap isu-isu ini, sehingga mereka merasa perlu untuk mengajak debat terbuka dan meminta penjelasan langsung dari KAHMI.

Kalau Kita Lihat,ajakan debat terbuka dari Poni Lihawa ini adalah merupakan wujud dari semangat demokrasi dan kebebasan berpendapat yang harus dijaga dan diperjuangkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Rakyat kecil di Gorontalo ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki hak untuk dihargai dan didengar, dan mereka siap berdiskusi secara terbuka dengan siapapun yang ingin membahas isu-isu yang penting bagi masyarakat.

Mungkin Saja, rakyat kecil di Gorontalo kini berani melawan KAHMI dan ajak debat terbuka karena mereka ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki suara dan hak untuk dihargai. Mereka ingin memperjuangkan kepentingan mereka dan memastikan bahwa organisasi mahasiswa seperti KAHMI tetap mengayomi dan memperjuangkan kepentingan rakyat kecil.

Jika Semua Hal ini Benar? Tentu ini adalah Sebuah Catatan Sejarah yang Konyol dalam Kisah Perjalanan KAHMI di Provinsi Gorontalo.